Dukuh Wonoboyo merupakan salah satu dukuh di Desa
Sidomulyo. Tim I KKN Tahun 2012/2013 Universitas Diponogoro Semarang yang ditempatkan
di desa Sidomulyo mendapatkan kesempatan untuk berkeliling di Dukuh Wonoboyo. Di
lokasi ini hampir semua penduduknya dapat membuat anyaman dari bambu.
Salah satu pengrajin yang
terkenal di Dukuh Wonoboyo bernama Bapak Miskani. Beliau yang menjadi pemandu
kami saat berkeliling ke rumah-rumah warga yang juga berprofesi sebagai pengrajin
anyaman bambu. Menurut beliau, bahan anyaman bambu dibeli secara gelondongan
dengan harga sekitar 10.000 rupiah. Bambu-bambu tersebut kemudian dipotong
menjadi beberapa bentuk sebagai bahan yang dapat dianyam. Sebagian besar warga
menghasilkan cething, tampah, enthik, kurungan, pager, engkrak. Harganya pun
bervariasi. Cething biasanya dihargai 17.000-18.000 rupiah, untuk tampah dengan
anyaman rapat seharga 12.000 rupiah sedangkan tampah dengan anyaman renggang
dihargai lebih murah, sekitar 10.000 rupiah. Enthik dijual dengan harga 2.000
rupiah, kurungan dijual dengan harga 10.000 rupiah, dan engkrak dijual dengan
harga 8.000 rupiah. Harga setiap barang hasil anyaman akan berbeda sesuai
dengan tingkat kesulitan untuk membuatnya dan jumlah bambu yang dibutuhkan. Misalkan
untuk membuat 15 tampah, dibutuhkan 1 bongkok bambu yang terdiri dari 10 bambu.
Oleh karena itu, harga jual tampah agak mahal. Hasil lain seperti cething,
harganya cukup mahal karena hanya dapat menghasilkan 4 cething dalam sehari. Selain
faktor bahan dasar dan tingkat kesulitan, harga jual anyaman juga bergantung
pada harga patokan pengrajin, yang tentu saja tetap mengikuti harga pasar.
Distribusi hasil karya warga sudah sampai luar kota,
diantaranya adalah Gringsing dan Weleri. Proses penyaluran hasil anyaman
melalui para tengkulak yang datang ke rumah-rumah warga setiap lima kali
seminggu. Tujuannya untuk memesan anyaman bambu dan mengambil pesanan mereka. Hasil
anyaman tampah dari Dukuh Wonoboyo cukup
terkenal di daerah Weleri sedangkan engkrak terkenal di daerah Gringsing
dan Mundu.
Pengrajin tampah |
Walaupun hasil anyaman dari Dukuh Wonoboyo ini sudah
terkenal dan didistribusikan ke luar daerah, namun mata pencaharian sebagai
pengrajin anyaman ini tidak mampu untuk meningkatkan perekonomian warga di
Dukuh Wonoboyo. Hal tersebut dikarenakan antara pengeluaran untuk membeli bahan
baku seimbang bahkan melebihi dari pendapatan yang mereka peroleh dari hasil
produksi anyaman. Padahal para pengrajin tersebut bekerja hampir 24 jam untuk
dapat memenuhi pesanan dari para tengkulak. Oleh karena itu perlu adanya
perhatian dari pemerintah daerah untuk membantu dalam meningkatkan kualitas
hidup para pengrajin di Dukuh Wobonoyo tersebut, baik dapat membantu dalam
permodalan ataupun memberi penyuluhan mengenai pendistribusian hasil produksi
mereka, sehingga mereka tidak bergantung pada para tengkulak dan mereka bisa
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar