Rabu, 30 Januari 2013

Kreasi Anyaman Bambu dari Dukuh Wonoboyo



Dukuh Wonoboyo merupakan salah satu dukuh di Desa Sidomulyo. Tim I KKN Tahun 2012/2013 Universitas Diponogoro Semarang yang ditempatkan di desa Sidomulyo mendapatkan kesempatan untuk berkeliling di Dukuh Wonoboyo. Di lokasi ini hampir semua penduduknya dapat membuat anyaman dari bambu.



Salah satu pengrajin yang terkenal di Dukuh Wonoboyo bernama Bapak Miskani. Beliau yang menjadi pemandu kami saat berkeliling ke rumah-rumah warga yang juga berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu. Menurut beliau, bahan anyaman bambu dibeli secara gelondongan dengan harga sekitar 10.000 rupiah. Bambu-bambu tersebut kemudian dipotong menjadi beberapa bentuk sebagai bahan yang dapat dianyam. Sebagian besar warga menghasilkan cething, tampah, enthik, kurungan, pager, engkrak. Harganya pun bervariasi. Cething biasanya dihargai 17.000-18.000 rupiah, untuk tampah dengan anyaman rapat seharga 12.000 rupiah sedangkan tampah dengan anyaman renggang dihargai lebih murah, sekitar 10.000 rupiah. Enthik dijual dengan harga 2.000 rupiah, kurungan dijual dengan harga 10.000 rupiah, dan engkrak dijual dengan harga 8.000 rupiah. Harga setiap barang hasil anyaman akan berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan untuk membuatnya dan jumlah bambu yang dibutuhkan. Misalkan untuk membuat 15 tampah, dibutuhkan 1 bongkok bambu yang terdiri dari 10 bambu. Oleh karena itu, harga jual tampah agak mahal. Hasil lain seperti cething, harganya cukup mahal karena hanya dapat menghasilkan 4 cething dalam sehari. Selain faktor bahan dasar dan tingkat kesulitan, harga jual anyaman juga bergantung pada harga patokan pengrajin, yang tentu saja tetap mengikuti harga pasar.
Distribusi hasil karya warga sudah sampai luar kota, diantaranya adalah Gringsing dan Weleri. Proses penyaluran hasil anyaman melalui para tengkulak yang datang ke rumah-rumah warga setiap lima kali seminggu. Tujuannya untuk memesan anyaman bambu dan mengambil pesanan mereka. Hasil anyaman tampah dari Dukuh Wonoboyo cukup  terkenal di daerah Weleri sedangkan engkrak terkenal di daerah Gringsing dan Mundu.
Pengrajin tampah

Walaupun hasil anyaman dari Dukuh Wonoboyo ini sudah terkenal dan didistribusikan ke luar daerah, namun mata pencaharian sebagai pengrajin anyaman ini tidak mampu untuk meningkatkan perekonomian warga di Dukuh Wonoboyo. Hal tersebut dikarenakan antara pengeluaran untuk membeli bahan baku seimbang bahkan melebihi dari pendapatan yang mereka peroleh dari hasil produksi anyaman. Padahal para pengrajin tersebut bekerja hampir 24 jam untuk dapat memenuhi pesanan dari para tengkulak. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk membantu dalam meningkatkan kualitas hidup para pengrajin di Dukuh Wobonoyo tersebut, baik dapat membantu dalam permodalan ataupun memberi penyuluhan mengenai pendistribusian hasil produksi mereka, sehingga mereka tidak bergantung pada para tengkulak dan mereka bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar